Ilustrasi/Admin (Shutterstock) |
Tanggal 26 Januari kemarin anak pertama kami lahir di Sydney. Kami
berdua sama-sama tidak tahu bagaimana mengasuh bayi dengan tepat. Orang
tua, mertua dan beberapa teman memberi nasehat berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan turun temurun. Berhubung putri kami
lahir prematur, rasanya jauh lebih riskan ‘percaya’ begitu saja
nasehat-nasehat tersebut meskipun saya 100% yakin maksudnya baik.
Di Australia melahirkan di RS publik memang bebas
biaya bagi warga negara dan pemegang PR (dibayar lewat Medicare) namun
kebanyakan orang masih memilih melahirkan di RS swasta yang notabene
berarti harus mengambil polis asuransi kesehatan (private insurance)
karena biayanya mahal bila membayar dari kocek sendiri. Dari segi
kualitas RS publik dan swasta kurang lebih sama dalam arti minimum ibu
dan bayi keluar dari RS dengan selamat. Perbedaan mencoloknya terletak
pada perhatian individu dokter dan perawat kepada pasien dan berbagai
fasilitas seperti workshop seputar ASI, menidurkan, memandikan bayi
secara aman dsb.
Lewat tanya jawab dengan perawat, dokter dan
workshoplah saya baru melihat bahwa beberapa nasehat yang selama ini
saya dengar tidak memiliki dasar ilmiah. Tujuan tulisan ini hanya
berbagi dan pengingat untuk diri sendiri pelajaran seputar mengasuh bayi
dari RS.
Mitos Produksi ASI dan Fungsi Susu Formula Sesungguhnya
“Biar ASI banyak harus banyak minum susu”
“Minum susu formula biar bayinya pintar”
Dua nasehat diatas saya bawa ke dokter, jawabannya
itu hanya mitos. Banyak sedikitnya ASI tidak ada kaitannya dengan apa
yang ibu makan ketika menyusui. Juga tidak ada hubungannya dengan besar
kecilnya payudara. Payudara sebagian besar terdiri dari lemak, kelenjar
susu dibawah putinglah yang berperan menghasilkan ASI. Dokter hanya
menyarankan ibu menyusui agar mengkonsumsi makanan sehat.
Mengingat pentingya ASI bagi pertumbuhan bayi, bagaimana caranya meningkatkan produksi ASI?
Menyusuilah sesering mungkin baik lewat pompa
(expressing) maupun menetek langsung. Payudara ibu memproduksi ASI dalam
merespon isapan bayi. Semakin banyak ASI yang dihisap, semakin banyak
ASI yang diproduksi. Tentu saja dalam prakteknya butuh kerja keras (6-8
menyusui/pompa dalam sehari). Perlu waktu 2 minggu bagi istri saya
meningkatkan produksi ASI dari 10 mil menjadi 40 mil dalam 1 sesi pompa
berdurasi 40 menit.
Terima kasih kepada iklan susu formula bayi yang
membombardir media massa dan malasnya mencari informasi akurat
independen, sebagian ibu percaya susu bubuk formula dapat membuat
anaknya pintar dan lebih baik daripada ASI.
Fungsi utama susu formula hanyalah sebagai tambahan
dalam keadaan terpaksa bila produksi ASI belum cukup. ASI adalah susu
terbaik dan ASI sendiri sudah memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi
dalam 6 bulan pertama. Selain itu ASI juga meningkatkan sistem kekebalan
bayi terhadap infeksi dan penyakit.
Dalam kemasan susu formula kami tertera catatan:
IMPORTANCE NOTICE: BREAST MILK IS BEST FOR BABIES.
BEFORE YOU DECIDE TO USE THIS PRODUCT, CONSULT YOUR DOCTOR HEALTH WORKER
FOR ADVICE.
Bila ingin mengetahui lebih lanjut mitos dan fakta seputar menyusui, dapat mengunjungi situs AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) atau Australian Breastfeeding Association FAQ.
Bayi Menangis Karena Ortu Gelisah dan Bau Tangan
“shhhtt shhttt shhhhtttt tenang ya tenaang”
Disusui sudah, diganti popoknya sudah, digendong
sudah, suhu kamar juga sudah pas, sakit juga tidak, lalu mengapa bayi
tidak mau berhenti menangis? Seperti pemula kebanyakan, saya menenangkan
bayi menangis dengan menggendong, menepuk-nepuk punggung bayi dengan
cepat sambil berbisik “shhhtt shhttt shhhhtttt tenang ya tenaang”.
Saya baru sadar bahwa cara itu kurang tepat setelah
menghadiri workshop ‘sleep and settling down baby’ di RS. Perawat yang
membawakan workshop bilang, cara diatas mengkomunikasikan kepada bayi
bahwa kita sedang tidak berada dalam kontrol, sedang panikan, padahal
sebagai pelindung seharusnya kita bersikap mantap.
Sebagai solusi, gendonglah bayi sambil menepuk
lembut punggungnya secara mantap (assuring pats) dengan ritme
plok…..plok…..plok….. bukannya plok plok plok. Bisikan kata-kata yang
menunjukkan bahwa kehadiran dia diinginkan dan kita mencintainya sepenuh
hati. Lambat laun bayi perlahan-lahan tenang tertidur.
Salah satu peserta workshop bertanya bolehkah kita
membiarkan bayi menangis hingga akhirnya dia tertidur sendiri, nanti
malah jadi kebiasaan setiap nangis minta digendong. Mungkin di Indonesia
istilahnya ‘bau tangan’. Perawatnya bilang ya pada akhirnya bayi harus
belajar settling down sendiri tapi setidaknya tidak untuk 6 bulan pertama.
Menurut penelitian yang pernah dipelajarinya (sayang dia tidak menyebut
spesifik), bayi-bayi yang dibiarkan settling down sendiri pada 6 bulan
pertama ketika dewasa cenderung memiliki emosi yang labil dan tidak
merasa dicintai (emotional withdrawal).
Otak bayi yang dibiarkan settling down terlalu muda
terpatri ingatan ‘ketika saya menangis tidak ada yang datang jadi buat
apa saya minta bantuan toh percuma!’. Sediakan waktu ekstra mengemong
bayi, tidak hanya bayi lebih sehat secara emosional tapi juga ikatan
emosi ortu dan bayi menjadi lebih kuat.
Ibu (dan Ayah) Bahagia Bayi Bahagia
“You have to take care of yourself too”
Anda juga harus menjaga kesehatan Anda, itulah
pesan terakhir yang diucapkan Diane, perawat yang membawakan workshop.
Sebagai ibu baru, wajar saja bila seluruh energi tercurahkan untuk bayi
sehingga lupa dengan kesehatan sendiri. Padahal bila ibunya sampai jatuh
sakit atau menderita postnatal depression/baby blue yang rugi bayinya
juga. Bahkan saya pernah dengar cerita seorang ibu yang menyayat bayinya
sendiri saking stressnya.
Menurut data yang dilansir Post and Antenatal
Depression Association Inc (PANDA), 1 dari 7 ibu baru dan 1 dari 20 ayah
baru mengalami postnatal depression dan menyebabkan kerugian ekonomi
Australia sebesar AU$433.52M pada tahun 2012 (panda.org.au).
Saya tidak menemukan data untuk Indonesia, barangkali karena di
Indonesia jalinan kekeluarga lebih kental sehingga keluarga besar siap
siaga membantu bila ada kehadiran bayi atau stress setelah punya
momongan dianggap wajar sehingga tidak terdeteksi.
Saya tidak tahu apakah mengidap postnatal
depression lantaran sempat ‘rindu pekerjaan kantor’ setelah kurang tidur
selama 4 hari berturut-turut mengganti popok bayi hehe. Beruntung ibu
mertua saya datang membantu selama 3 bulan sehingga istri tidak merasa
sendirian. Saya sendiri berusaha mengatasi baby blue melakukan aktifitas
normal sebisanya seperti dulu sebelum punya bayi, salah satunya
ngompasiana :)
Kayla Makgawinata - Doc Pribadi |
Hendra Makgawinata
Sydney
sumber : http://kesehatan.kompasiana.com
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...