Selamat membaca
Mengapa Balita Susah Makan?
semoga bermanfaat amiin...

Pengunjung

Mengapa Balita Susah Makan?

" Sabisa-bisa Kudu Bisa" Posyandu Jawa Barat Pasti Bisa

"Anak adalah orang tua di masa depan. Demi masa depan perhatikan gizi yang baik ”.

Mengapa Balita Susah Makan?

Setiap waktu makan tiba, Riri ( 2 th) selalu berkejar-kejaran dengan ibunya. Ibunya pun semakin senewen, karena Riri tidak pernah mau mengonsumsi makanan yang disiapkan untuknya.
Keluhan susah makan merupakan problem klasik yang kerap dihadapi ibu-ibu. Anak menolak makanan yang diberikan. Terkadang sulit diketahui apa penyebab penolakan tersebut. Namun, bukan berarti tidak ada solusi yang tepat untuk anak yang susah makan.
Jika dibiarkan berlanjut terus menerus, maka kebutuhan gizi yang seharusnya tercukupi untuk anak seusianya tidak akan terpenuhi. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak akan optimal.
Untuk mencegah anak menjadi susah makan, perlu diperhatikan kembali cara pemberian makan sejak bayi, yaitu :
1. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) dianjurkan setelah usia 6 bulan, karena pada usia tersebut, fungsi organ tubuh balita sudah siap menerima makanan dari luar selain ASI.
2. Kenalkan beranekaragam bahan makanan sejak usia balita. Pepatah yang mengatakan ” tak kenal maka tak sayang ” berlaku juga untuk anak. Jika tidak diperkenalkan sejak awal, anak tidak akan mengenal rasanya, sehingga anak susah untuk menerimanya.
3. Jadwal pemberian susu yang tepat. Seringkali terjadi, jika anak susah makan, maka ibu pun segera memberikan susu, dengan anggapan minum susu pun sudah dapat menggantikan makan. Padahal pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Jika anak terlalu sering minum susu tanpa terjadwal, anak akan kenyang susu, sehingga wajar saja jika tiba saatnya makan, anak masih terasa kenyang, sehingga tidak mau makan. Sebaiknya untuk anak usia balita, cukup 2 gelas susu setiap hari.
4. Perhatikan jadwal pemberian makanan selingan.Sejak bayi, anak harus diperkenalkan makanan selingan. Semakin banyak variasi makanan yang diperkenalkan, semakin mudah anak untuk menerima makanan baru.
Namun, pilihlah jenis makanan selingan yang sehat. Perhatikan komposisi makanan yang ada. Pilihlah makanan yang komposisi zat gizinya mengandung karbohidrat, protein, lemak, sayuran dan vitamin. Sebaiknya selingan diberikan dalam bentuk buah-buahan segar.
Seringkali anak lebih suka makan cemilan ”snack” ringan. Makanan- itu banyak mengandung zat pewarna dan pengawet, sehingga jika berlebihan dalam mengkonsumsinya dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Disamping itu, jika terlalu banyak makan ”snack” tersebut, perut anak menjadi cepat kenyang, sehingga jika tiba waktunya makan, anak pasti menolak. ”Snack” mengandung banyak kalori, namun rendah serat, vitamin dan mineral, sehingga anak menjadi cepat kenyang namun pemenuhan zat gizi lainnya sangat kurang. Pemberian makanan selingan sebaiknya jangan berdekatan dengan waktu makan.
5. Susun  jadwal jam makan secara teratur. Memberikan jadwal makan secara teratur kapan ia harus makan pagi, makan siang, ataupun makan malam, dapat membantu kondisi organ tubuh anak beradaptasi dengan waktu makan yang sudah ditentukan, dan anak lambat laun akan terbiasa dengan waktu makan tersebut. Namun, penerapan pola makan tersebut tidak bisa dibuat terlalu ketat. Ada kalanya anak merasa masih kenyang, atau menolak lantaran tidak menyukai lauk pauk yang tersedia atau rasanya tidak enak.
6. Jangan terburu-buru dalam memberikan makanan. Biasanya jika pagi hari, dimana orang tua bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, suasana rumah menjadi ”heboh”. Semua terasa terburu-buru, termasuk saat makan untuk anak. Pada anak, saat makan seharusnya menajdi saat yang menyenangkan.
Jangan karena orangtua hanya memiliki waktu yang terbatas, maka anak langsung ” dijejali” satu porsi makanan yang harus langsung ia habiskan. Anak akan menolak untuk makan karena merasa tidak tenang. Cobalah untuk menambahkan hal yang menyenangkan seperti musik, TV ataupun mencarikan teman agar dapat meningkatkan gairah makannya.
7. Carilah apa ada penyakit penyerta. Jika dengan segala upaya sudah dicoba namun anak tetap tidak mau makan juga, carilah kemungkinan apakah anak menderita suatu penyakit atau ada gangguan dalam fungsi organ tubuhnya. Jika anak menderita radang tenggorokan, sakit gigi, dimana ia menjadi susah menelan, wajar saja ia menjadi susah makan. Tanyakan pada anak Anda, apakah ia merasa kesakitan di suatu tempat didalam tubuhnya.
Sebagai orang tua, memang dibutuhkan kesabaran dan improvisasi dalam menentukan menu makanan bagi anak, agar ia tidak cepat bosan dengan menu yang itu-itu saja.Meskipun anak hanya menyukai sedikit menu, namun orang tua sebaiknya tetap harus sering memperkenalkan berbagai variasi menu kepada anak.
Bukankah pepatah ”witing tresno jalaran saka kulino” memang tepat ? Jika anak tidak mengenal suatu makanan, bagaimana anak akan mau memakannya ? (13)
dokter. Etisa Adi Murbawani, M.Si, Staf pengajar Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang

Sumber:   menubalita.com

0 komentar

Silahkan Beri Komentar Saudara...

Entri Populer

Template Oleh trikmudahseo